Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 01 April 2015

Asidimetri


ASIDIMETRI


Hal-hal yang harus dilakukan dalam praktikum asidimetri :

    A.   Perhitungan dan pembuatan untuk mengukur larutan yang akan digunakan

·         Indikator Methyl Red (pH 4,8 – 6,0)
Pertanyaan:
Mengapa indikator yang dipilih Methyl Red?  Bukan Methyl Orange?
Jawab:
o   Apabila menggunakan Methyl Orange maka volume titran yang digunakan akan lebih banyak karena akan dibutuhkan asam lebih banyak untuk mengubah sampel yang pHnya basa supaya indikator dapat berubah warna menjadi merah.
o   Karena range pH Methyl Red lebih besar dibandingkan Methyl Orange. Pada Methyl Orange range pH nya adalah 3,2 - 4,4 sehingga jika larutan asam yang mendekati netral digunakan (pH 4,6 ke atas) akan berbeda hasil warnanya dengan larutan yang pH nya masuk range.
o   Karena Methyl Orange memiliki pH yang terlalu rendah sehingga larutan standar sekunder yang digunakan untuk titrasi juga harus lebih pekat dari yang biasanya. Larutan dengan konsentrasi lebih pekat, pada pembuatannya membutuhkan reagen p.a lebih banyak.

Perubahan warna pada titrasi ini adalah = kuning menjadi merah muda

ü  Cara pembuatan :
1.    Menimbang reagen Methyl Red sebanyak 0,02 gram (200 mg)
2.    Melarutkan dalam 60 ml ETOH
3.    Menambahkan aquadest add 100 ml
4.    Melakukan pengecekan pH larutan (hasil harus dalam range 4,8 – 6,0 (asam))
5.    Memasukkan ke dalam botol penampung, beri label (nama indikator, pH, tanggal pembuatan)

·         Larutan Standar Primer Na2CO3.10H2O 0,02N sebanyak 100 ml.
Pertanyaan: Kenapa menggunakan larutan standar primer Na2CO3?
Jawab:

Syarat standar primer :
o   Memiliki erat Molekul Besar
sehingga akan berpengaruh terhadap ketelitian dan keakuratan hasil titrasi.
o   Memiliki kemurnian yang tinggi.
o   Stabil
Tidak terpengaruh factor-faktor yang dapat memberi hasil palsu (terlalu tinggi/ terlalu rendah)
o   Termasuk Basa kuat,
Basa, karena prinsip metode adalah netralisasi sehingga jika larutan standar sekundernya bersifat asam maka larutan standar primernya bersifat basa.
Basa kuat, agar tidak terjadi hidrolisa sehingga titik akhir titrasinya jelas.               
 ü  Cara pembuatan :
1.  Melakukan perhitungan gram yang ditimbang/gram yang dibutuhkan x normalitas yang dibutuhkan

-       Misalnya Na2CO3 diketahui
§  Normalitas = 0,02N
§  Valensi = 2
§  Berat Molekul = 286,14
§  Volume = 100 ml

   Maka perhitungan untuk menentukan berapa gram yang akan ditimbang
-       N/V x BM x ml pembuatan/1000ml = gram
0,02/2 x 286,14 x 100/1000 = 0, 2861 gram = 286 mg = 285 mg (dibulatkan)

       2.    Melakukan penimbangan dengan neraca analitik manual dilanjutkan                 neraca analitik digital.
ü  Berat sampel = (Berat sampel + kertas) – (Berat Kertas + Berat Sisa)
ü  Misalnya Berat diketahui,
·      Berat sampel + Kertas = 500,3 mg
·      Berat sisa + kertas = 214,8 mg
Maka Berat sampel = 500,3 – 214,8 = 285,5 mg

     3. Ternyata setelah dilakukan penimbangan, gram yang diperoleh hasilnya           berbeda, maka untuk menentukan normalitas yang baru dilakukan                   perhitungan kembali
    Misalnya
·         Gram penimbangan = 285,5 mg
·         Gram perhitungan = 285 mg
·         Normalitas = 0,02 N

   ü  Gram penimbangan/gram perhitungan x normalitas = N
    285,5 mg / 285 mg x 0,02 N = 0,0203 N

     4.    Kemudian dilakukan pelarutan dalam labu takar dengan aquadest
    Cara melarutkan :
    a.   Masukkan serbuk ke dalam labu takar dengan bantuan corong
    b.  Tambahkan aquadest dan bilas corong hingga setengah labu takar,             kemudian homogenkan.
    c.  Tambahkan kan lagi aquadest hingga add 100ml dengan pipet .
  d. Berikan label berisi Nama larutan, Normalitas yang baru, Tanggal        pembuatan, Tanggal Kadaluarsa (1 bulan setelah pembuatan), Kelompok   pembuat, Kelas.

·         Larutan standar sekunder HCl
Pertanyaan: Kenapa menggunakan Larutan standar sekunder HCl?
Jawab:
o   Karena, jika mengunakan asam nitrat sifat larutan tersebut tidak stabil dan mudah mengeluarkan gas NO. HNO3 juga merupakan oksidator kuat sehingga dapat  merusak indikator.
o   Jika menggunakan H2SO4 pada beberapa sempel seperti air kapur dan air barit hasil titrasi dapat membentuk endapan.  
o   Menggunakan HCl karena larutan tersebut membentuk garam yang mudah larut dalam air. Lautan standar HCl biasanya dibuat dengan mengencerkan Asam yang pekat.

ü  Cara pembuatan :
1.    HCl yang dibuat kira-kira sebanyak 1L = 1000 ml, dengan normalitas 0,02 N
2.    Lakukan pengenceran pada Larutan HCl p.a (12N)
3.    Oleh karena itu perhitungannya,
N1 x V1 = N2 x V2
12N x V1 = 0,02N x 1000ml
12N V1 = 20
V1 = 20ml/12N
V1 = 1, 6666 ml (dibulatkan menjadi 2 ml)
4.    Ukur 2 ml Larutan HCl pekat dengan gelas ukur 10 ml, kemudian masukkan kedalam becker glass, tambahkan aquadest 250 ml dahulu, diaduk dengan batang pengaduk, lalu tambahkan 500 ml aquadest lagi, homogenkan kembali dengan batang pengaduk, masukkan ke dalam botol penampung yang sudah disediakan, tambahkan sisa aquadest 250 ml ke becker glass untuk membilas sisa larutan, masukkan ke dalam botol penampung, beri label.  Nama larutan, Normalitas yang baru, Tanggal pembuatan, Tanggal Kadaluarsa (1 bulan setelah pembuatan), Kelompok pembuat, Kelas.

    B.   Titrasi larutan standar (pembakuan)

·         Lakukan standarisasi larutan sekunder (dilakukan sebanyak 3x)
1.    Pipet 10,0 ml larutan standart primer Na2CO3.10H2O 0,0203 N kedalam erlemeyer 250ml
2.    Tambahkan 3 tetes indikator MR (Metil Red), homogenkan
3.    Titrasi dengan larutan standart HCl 0,02 sampai terbentuk warna merah muda yang konstan .
4.    Baca volume buret setinggi miniskus bawah .
5.    Hasil kemudian dilakukan perhitungan.
6.    Misalnya dari rata-rata titrasi didapatkan 10,8 ml
7.    Maka perhitungannya, N1 x V1 = N2 x V2
     0,02N x 10,0 ml = N2 x 10,8 ml
     0,2N = 10,8 N2
     N2 = 0,2N/10,8 ml
     N2 = 0,0185 N

·         Lakukan titrasi sampel (dilakukan sebanyak minimal 3x)
1.    Pipet 10,0 ml larutan sampel masukkan kedalam erlemeyer 250ml
2.    Tambahkan 3 tetes indikator MR (Metil Red), homogenkan
3.    Titrasi dengan larutan standart HCl 0,0185 N sampai terbentuk warna merah muda yang konstan.
4.    Baca volume buret setinggi miniskus bawah .
5.    Lakukan perhitungan pada hasil

Dengan cara satu per satu volume hasil titran dihitung dengan rumus berikut:
(ml x Normalitas)titran x BM / valensi x ml pemipetan x 1000) x 100%

DAFTAR PUSTAKA :

Ahluwalia, V.K., Sunita Dhingra. 2005. College Practical Chemistry. Universities Press.
Harisha, S. 2005. An Introduction to Practical Biotechnology. Firewall Media.
Siswantoro,dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Yogyakarta: STTN-BATAN.

Syarif, Hamdani. 2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About