ASIDIMETRI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam praktikum asidimetri :
A. Perhitungan
dan pembuatan untuk mengukur larutan yang akan digunakan
·
Indikator Methyl Red (pH 4,8 – 6,0)
Pertanyaan:
Mengapa indikator yang dipilih Methyl Red? Bukan Methyl Orange?
Jawab:
o
Apabila
menggunakan
Methyl Orange maka volume titran yang digunakan akan lebih banyak karena akan dibutuhkan asam lebih banyak untuk mengubah
sampel yang pHnya basa supaya
indikator dapat berubah warna menjadi merah.
o
Karena range pH Methyl Red lebih besar dibandingkan Methyl
Orange. Pada Methyl
Orange range pH nya adalah 3,2 - 4,4 sehingga
jika larutan asam yang mendekati netral digunakan (pH 4,6 ke atas) akan berbeda hasil warnanya dengan
larutan yang pH nya masuk range.
o
Karena Methyl Orange memiliki pH yang terlalu rendah sehingga larutan
standar sekunder yang digunakan untuk titrasi juga harus lebih pekat dari yang
biasanya. Larutan dengan konsentrasi lebih pekat, pada pembuatannya membutuhkan
reagen p.a lebih banyak.
Perubahan
warna pada titrasi ini
adalah = kuning
menjadi
merah muda
ü Cara
pembuatan :
1.
Menimbang
reagen Methyl
Red sebanyak 0,02 gram (200 mg)
2.
Melarutkan
dalam 60 ml ETOH
3.
Menambahkan
aquadest add 100 ml
4.
Melakukan
pengecekan pH larutan (hasil harus dalam range 4,8 – 6,0 (asam))
5.
Memasukkan
ke dalam botol penampung, beri label (nama
indikator, pH, tanggal
pembuatan)
·
Larutan Standar Primer Na2CO3.10H2O
0,02N sebanyak 100 ml.
Pertanyaan: Kenapa
menggunakan larutan standar primer Na2CO3?
Jawab:
Syarat standar primer
:
o
Memiliki
erat
Molekul Besar
sehingga akan
berpengaruh terhadap ketelitian dan keakuratan hasil titrasi.
o
Memiliki kemurnian yang tinggi.
o
Stabil
Tidak terpengaruh factor-faktor yang dapat memberi hasil
palsu (terlalu tinggi/ terlalu rendah)
o
Termasuk Basa kuat,
Basa, karena prinsip
metode adalah netralisasi sehingga jika larutan standar sekundernya bersifat
asam maka larutan standar primernya bersifat basa.
Basa kuat, agar tidak
terjadi hidrolisa sehingga titik akhir titrasinya jelas.
ü Cara
pembuatan :
1. Melakukan
perhitungan gram yang ditimbang/gram yang dibutuhkan x normalitas yang
dibutuhkan
-
Misalnya Na2CO3 diketahui
§ Normalitas
= 0,02N
§ Valensi
= 2
§ Berat
Molekul = 286,14
§ Volume
= 100 ml
Maka
perhitungan untuk menentukan berapa gram yang akan ditimbang
-
N/V x BM x ml pembuatan/1000ml = gram
0,02/2 x 286,14 x
100/1000 = 0, 2861 gram = 286 mg = 285 mg (dibulatkan)
2.
Melakukan
penimbangan dengan neraca analitik manual dilanjutkan neraca analitik digital.
ü Berat
sampel = (Berat sampel + kertas) – (Berat Kertas + Berat Sisa)
ü Misalnya
Berat diketahui,
·
Berat sampel + Kertas = 500,3 mg
·
Berat sisa + kertas = 214,8 mg
Maka Berat sampel = 500,3 – 214,8 = 285,5 mg
3. Ternyata setelah dilakukan penimbangan, gram
yang diperoleh hasilnya berbeda, maka untuk menentukan normalitas yang baru dilakukan perhitungan kembali
Misalnya
·
Gram penimbangan = 285,5 mg
·
Gram perhitungan = 285 mg
·
Normalitas = 0,02 N
ü Gram
penimbangan/gram perhitungan x normalitas = N
285,5 mg / 285 mg x 0,02 N = 0,0203 N
4.
Kemudian dilakukan pelarutan dalam labu takar
dengan aquadest
Cara melarutkan :
a. Masukkan serbuk ke dalam labu takar dengan
bantuan corong
b. Tambahkan aquadest dan bilas corong hingga
setengah labu takar, kemudian homogenkan.
c. Tambahkan kan lagi aquadest hingga add 100ml
dengan pipet .
d. Berikan label berisi Nama larutan, Normalitas
yang baru, Tanggal pembuatan, Tanggal Kadaluarsa (1 bulan setelah pembuatan),
Kelompok pembuat, Kelas.
·
Larutan standar sekunder HCl
Pertanyaan:
Kenapa menggunakan Larutan standar sekunder HCl?
Jawab:
o
Karena, jika mengunakan asam nitrat sifat
larutan tersebut tidak stabil dan mudah mengeluarkan gas NO. HNO3
juga merupakan oksidator kuat sehingga dapat
merusak indikator.
o
Jika menggunakan H2SO4
pada beberapa sempel seperti air kapur dan air barit hasil titrasi dapat
membentuk endapan.
o
Menggunakan HCl karena larutan tersebut
membentuk garam yang mudah larut dalam air. Lautan standar HCl biasanya dibuat
dengan mengencerkan Asam yang pekat.
ü Cara
pembuatan :
1.
HCl yang dibuat kira-kira sebanyak 1L = 1000 ml,
dengan normalitas 0,02 N
2.
Lakukan pengenceran pada Larutan HCl p.a
(12N)
3.
Oleh karena itu perhitungannya,
N1 x V1 = N2 x V2
12N x V1 = 0,02N x 1000ml
12N V1 = 20
V1 = 20ml/12N
V1 = 1, 6666 ml
(dibulatkan menjadi 2 ml)
4.
Ukur 2 ml Larutan HCl pekat dengan gelas ukur 10 ml, kemudian
masukkan kedalam becker glass, tambahkan aquadest 250 ml dahulu, diaduk dengan
batang pengaduk, lalu tambahkan 500 ml aquadest lagi, homogenkan kembali dengan
batang pengaduk, masukkan ke dalam botol penampung yang sudah disediakan,
tambahkan sisa aquadest 250 ml ke becker glass untuk membilas sisa larutan,
masukkan ke dalam botol penampung, beri label. Nama larutan, Normalitas yang baru, Tanggal
pembuatan, Tanggal Kadaluarsa (1 bulan setelah pembuatan), Kelompok pembuat,
Kelas.
B. Titrasi
larutan standar (pembakuan)
·
Lakukan standarisasi larutan sekunder
(dilakukan sebanyak 3x)
1.
Pipet 10,0 ml larutan standart primer Na2CO3.10H2O
0,0203 N kedalam erlemeyer 250ml
2.
Tambahkan 3 tetes indikator MR (Metil Red),
homogenkan
3.
Titrasi dengan larutan standart HCl 0,02
sampai terbentuk warna merah muda yang konstan .
4.
Baca volume buret setinggi miniskus bawah .
5.
Hasil kemudian dilakukan perhitungan.
6.
Misalnya dari rata-rata titrasi didapatkan
10,8 ml
7.
Maka perhitungannya, N1 x V1 = N2 x V2
0,02N
x 10,0 ml = N2 x 10,8 ml
0,2N
= 10,8 N2
N2 =
0,2N/10,8 ml
N2 =
0,0185 N
·
Lakukan titrasi sampel (dilakukan sebanyak
minimal 3x)
1.
Pipet 10,0 ml larutan sampel masukkan kedalam
erlemeyer 250ml
2.
Tambahkan 3 tetes indikator MR (Metil Red),
homogenkan
3.
Titrasi dengan larutan standart HCl 0,0185 N
sampai terbentuk warna merah muda yang konstan.
4.
Baca volume buret setinggi miniskus bawah .
5.
Lakukan perhitungan pada hasil
Dengan cara satu per
satu volume hasil titran dihitung dengan rumus berikut:
(ml x Normalitas)titran x BM / valensi x ml
pemipetan x 1000) x 100%
DAFTAR
PUSTAKA :
Ahluwalia,
V.K., Sunita Dhingra. 2005. College
Practical Chemistry. Universities
Press.
Harisha,
S. 2005. An Introduction to Practical
Biotechnology. Firewall Media.
Siswantoro,dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.
Yogyakarta: STTN-BATAN.
Syarif,
Hamdani. 2012. Panduan Praktikum Kimia
Analisis. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar